JENIS LAPANGAN FUTSAL BERBEDA SULITKAN TIM PESERTA


Thursday, 26 March 2009 13:30
Spiritfutsal-GOR Simpruk-Jakarta, 26 Maret 2009

Ukuran dan jenis lapangan dikeluhkan beberapa tim peserta turnamen G23. Pasalnya di tempat mereka berdomisili ukuran dan jenis lapangan seperti di GOR Simpruk hampir tidak dimiliki. Beberapa kota malah menyelenggarakan babak penyisihan menggunakan lapangan jenis rumput sintetis dan dengan ukuran lapangan yang lebih kecil.

"Kami terlambat beradaptasi dengan lapangan, apalagi kami main pertama kali dan tidak memiliki waktu untuk berlatih di lapangan seperti ini (jenis parkit di GOR Simpruk)," ujar Aditya, Manajer Hattrick SFA dari Solo. Hal senada juga dikeluhkan oleh Sugiyanto, Manajer Mitra Malang, "Di tempat kami (Malang) semua lapangan futsal jenisnya rumput sintetis dan ukurannya lebih pendek." Tidak heran kalau kedua tim asal Jawa Tengah dan Jawa Timur ini terpaksa pulang lebih awal karena mengalami kekalahan.

Lain halnya dengan Persigata Samarinda, pada hari pertama pertandingan para pemain sangat kaget dan agak lama beradaptasi. Sehingga mereka menyerah 4-5 dari PS Mahasiswa Surabaya. Juara II Antar Pengelola Planet Futsal Se-Indonesia di Kelapa Gading tahun 2008 ini untungnya di hari-hari berikut dapat mengatasi problem ini. "Anak-anak mulai terbiasa, walau lapangan agak licin tapi kami sedikit demi sedikit dapat memperoleh point," ujar Hartoni, pelatih Persigata Samarinda.

Berbeda dengan tim-tim dari Jakarta, Tangerang, Bogor dan Bandung mereka beruntung memiliki fasilitas lapangan yang cukup memadai dan hampir sama kondisinya dengan lapangan di GOR Simpruk. Dua tim dari Jakarta (IPRA & Gading Kusuma) malah diuntungkan karena kedua tim ini sejak babak penyisihan regio Jakarta bermain di GOR Simpruk, sehingga boleh dikatakan mereka sudah hapal sudut-sudut lapangan ini.Tidak heran kalau mereka sampai saat ini masih memimpin klasemen di grup masing-masing.

Selain jenis dan ukuran lapangan, beberapa tim peserta mengeluhkan jadwal yang sangat padat. Beberapa tim harus bermain sampai dua kali dalam satu hari, dan harus menunggu sekitar 4-5 jam untuk pertandingan selanjutnya. "Penginapan yang disediakan panitia cukup jauh, sehingga kami memutuskan untuk beristirahat di sekitar lapangan." keluh beberapa tim official dan pemain. Memang panitia memberikan fasilitas penginapan di beberapa tempat seperti di Ragunan dan dekat GOR Bulungan.

Lepas dari keluhan tim peserta, sebagian besar tim-tim dari luar Jakarta sangat senang bisa mewakili daerahnya untuk berlaga di Jakarta. "Ini merupakan impian dan kehormatan bagi kami datang bertanding mewakili daerah," ujar Ipank tim Manajer Kepompong Semarang. Hal yang sama juga dinyatakan Al Husaini (Gasstroom XXX FC Medan) dan Danny Gunawan (Bank Sulsel Makassar) bahwa mereka bersyukur dapat mewakili daerah.

Perbedaan jenis dan ukuran lapangan seharusnya menjadi pekerjaan rumah bagi Badan Futsal Nasional dan pemerhati futsal agar dapat menyeragamkan jenis dan ukuran lapangan. Sehingga setiap daerah bisa bermain dengan fasilitas yang sesuai dengan dianjurkan oleh FIFA. Dengan adanya kesamaan tentu saja menguntungkan bagi kita untuk menyaring pemain-pemain berbakat di daerah. Dan tidak perlu lagi pelatnas terpusat di Jakarta, karena bisa saja BFN melakukannya di daerah-daerah sehingga gairah masyarakat terhadap olahraga ini semakin besar, dan tentunya prestasi dapat riraih, karena kita futsalovers haus dan rindu akan prestasi dari tim nasional futsal.

Data terakhir dari grup A berpeluang lolos Gading Kusuma Jakarta (13), Suya Putra 35 Bandung (11), Bank Sulsel Makassar (10), Tracomindo DFB Bogor (7) dan Meazza CCFC Bali (7). Di grup B IPRA (15), PS Mahasiswa (10), BMI Tangerang (10), Persigata Samarinda (6) dan Planet Futsal Yogya (6).

(ddn)

Written by David Taken From www.spiritfutsal.com